Bakomstra DPP Partai Demokrat, Ossy Dermawan, mengaku kaget dan heran atas tudingan yang dilayangkan oleh Inas Nasrullah Zubir tersebut.
“Saya itu heran, yang memberikan pernyataan tersebut kan Pak Jusuf Kalla, tapi kok politisi Hanura ini malah menjelek-jelekkan Pak SBY,” ucap Ossy.
Diketahui bahwa Ossy Dermawan mengatakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono ketika memegang posisi sebagai presiden, beliau tidak hanya sekedar peduli, namun juga memahami dan menguasai bidang perekonomian Indonesia.
“Selain pengalaman yang panjang, secara akademis beliau (SBY) juga mendapatkan gelar Doktor di bidang ekonomi dari IPB pada 2004,” ujarnya.
Sehingga, menurut Ossy, tidak perlu lagi meragukan kapasitas pemahaman serta penguasaan SBY soal ekonomi.
“Pak SBY juga merupakan tipe pemimpin yang hand on dan selalu memimpin dari depan. Terutama dalam masa krisis, beliau selalu mengarahkan dan memimpin seluruh bawahannya dengan baik. Beliau yang mengendalikan bukan mendelegasikan. Berkat kepemimpinan beliaulah perekonomian indonesia bisa tumbuh relatif baik,” beber Ossy.
Selain itu, Ossy pun juga menyebutkan fakta kepemimpinan beliau selama 10 tahun dari 2004-2014, bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata 6%, sehingga mampu meningkatkan APBN serta pendapatan per kapita Indonesia hingga 4 kali lipat.
“Sekarang gimana?” tanya Ossy.
Ossy melanjutkan bahwa fakta yang ada dalam jangka waktu kepemimpinan SBY selama 10 tahun, angka kemiskinan mengalami penurunan signifikan dari 16,7/5 menjadi 10,89%.
“Kalau sekarang diklaim angka kemiskinan ada di angka single dikit, ya itu karena pemerintahan sebelumnya sudah bekerja keras melakukan penuruan ini secara masif,” imbuh Ossy.
Tidak hanya itu, selama jangka waktu 10 tahun itu pula, angka pengangguran juga turun signifikan dari 11% menjadi 5,7%.
“Silakan coba dicek berapa jumlah pengangguran sekarang. Jadi jangan asal njeplos sebut pembangunan di zaman Pak SBY mangkrak. Lihat buktinya, semuanya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tutur Ossy.
Lanjut lagi, selama 10 tahun -2004-2014) rasio utang pada PDB mengalami penurunan drastis dari 56,6% menjadi 24,7%. Dan lihat, sekarang kembali merangkak naik mendekati 40%.
Maka dari itu, sebelum berkomentar, alangkah baiknya dilihat dulu berbagai fakta dan data yang ada secara proporsional. [Democrazy/Luthfi]