DEMOCRAZY.ID - Fakta sejarah memang hanya ada satu, sebagaimana yang dialami oleh para pelaku sejarah yang terlibat di dalamnya. Namun analisis atau interpretasi sejarah bisa memiliki banyak versi. Memaksakan hanya ada satu versi dari suatu tafsiran sejarah, sebetulnya bukan merupakan persoalan sejarah, melainkan politik . Hal ini diungkapkan oleh analis politik dan ekonomi, Rustam Ibrahim . Diketahui bahwa sekurang-kurangnya ada lima versi tentang siapa yang menjadi dalang sesungguhnya Gerakan 30 September 1965 . Rustam menganjurkan kepada anak-anak muda, para generasi milenial untuk membaca serta memahami interpretasi dari semua versi ini. Kemudian masalah versi mana yang lebih masuk akal dan lebih dipercayai, itu terserah hak masing-masing individu. Rustam menjelaskan garis besar kelima versi sejarah Gerakan 30 September 1965. Yang pertama adalah versi rezim Orde Baru . Literatur yang pertama dibuat oleh sejarawan Nugroho Notosusanto serta ahli hukum Ismail Saleh , dimana keduan
DEMOCRAZY.ID - Fakta sejarah memang hanya ada satu, sebagaimana yang dialami oleh para pelaku sejarah yang terlibat di dalamnya. Namun analisis atau interpretasi sejarah bisa memiliki banyak versi. Memaksakan hanya ada satu versi dari suatu tafsiran sejarah, sebetulnya bukan merupakan persoalan sejarah, melainkan politik . Hal ini diungkapkan oleh analis politik dan ekonomi, Rustam Ibrahim . Diketahui bahwa sekurang-kurangnya ada lima versi tentang siapa yang menjadi dalang sesungguhnya Gerakan 30 September 1965 . Rustam menganjurkan kepada anak-anak muda, para generasi milenial untuk membaca serta memahami interpretasi dari semua versi ini. Kemudian masalah versi mana yang lebih masuk akal dan lebih dipercayai, itu terserah hak masing-masing individu. Rustam menjelaskan garis besar kelima versi sejarah Gerakan 30 September 1965. Yang pertama adalah versi rezim Orde Baru . Literatur yang pertama dibuat oleh sejarawan Nugroho Notosusanto serta ahli hukum Ismail Saleh , dimana keduan